1

Siksa Neraka Bagi Para Pengkhianat

Assalamu'alaikum wr. wb.

Khianat adalah sifat jelek yang terdapat dalam diri manusia. Khianat artinya bahwa seseorang yang menyeru kepada kebaikan tapi dia sendiri tidak melakukan kebaikan itu sendiri. Itulah salah satu ciri-ciri orang yang khianat. Sedangkan para pelaku khianat adalah pengkhianat. Dan kelak di akhirat para pengkhianat tersebut akan mendapatkan azab yang sangat pedih.



Kisahnya

Allah SWT menyukai para hamba-Nya yang selalu memerintahkan pada kebaikan serta mengamalkan kebaikan itu dengan penuh ketakwaan. Sebaliknya, Allah SWT akan murka terhadap orang yang hanya menganjurkan kebaikan kepada orang lain, tetapi justru dirinya sendiri tidak mengamalkan kebaikan seperti yang dikatakannya.

Kelak, orang-orang yang mengkhianati perkataannya sendiri itu akan mendapatkan azab yang sangat pedih di neraka. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam kitab Riyadlus Shalihin, buah karya Al Imam Al 'Alamah Al Muhaddits, Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an Nawawi ad Dimasqi as Syafi'i.

Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa siksa Allah SWT akan sangat berat kepada orang-orang yang banyak menganjurkan pada kebaikan dan mencegah kemungkaran, akan tetapi ia sendiri justru lalai untuk mengerjakan kebaikan itu sebagaimana yang dianjurkannya kepada orang lain.

Mereka yang berkhianat atas ucapannya sendiri itu kelak di neraka akan disiksa. Tubuh mereka akan dilempar dengan sangat keras sehingga ususnya keluar dan mereka kekal dengan berputar-putar di nereka.
Astaghfirullah....

Tubuh Dilempar ke Neraka

Ada sebuah hadits yang menguatkannya. Balasan para pengkhianat ini digambarkan dalam hadits dari Abu Zaid (Usamah) bin Zaid bin Harits ra, berkata,
Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,
"Seseorang dihadapkan di hari kiamat. Kemudian dilemparkan ke dalam neraka, maka keluar usus perutnya, lalu berputar-putar di dalam neraka bagaikan himar yang berputar di sekitar penggilingan, maka berkerumunlah ahli neraka paanya sambil berkata, 'Hai Fulan, mengapakah engkau? Tidakkah dahulu menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?'
Fulan itu pun menjawab, 'Benar, aku dahulu menganjurkan kebaikan, tetapi tidak saya kerjakan, dan mencegah mungkar, tetapi saya sendiri kerjakan."
(H.R. Bukhari Muslim).

Dengan demikian, sangatlah jelas bahwa seluas apapun ilmu seseorang tapi jika itu tidak diamalkan, maka semuanya akan menjadi sia-sia. Malah kelak orang-orang seperti itu akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,
"Tapak kedua kaki hamba kelak di hari kiamat tidak akan bergeser hingga ia ditanya tentang empat perkara, diantaranya tentang ilmunya, apa yang telah ia amalkan."
(HR. Turmudzi).

Berdasarkan hadits tersebut, jelaslah bahwa ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan Allah SWT melalui Al Qur'an dan Hadits, tujuannya adalah untuk diamalkan, bukan hanya untuk diajarkan. Karena memerintahkan kebaikan namun tidak diimbangi dengan pengamalan dari dirinya hal itu sama saja dengan mendustakan.

Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman,

أَلَمْ تَكُنْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَكُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ

Artinya:
"Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kamu selalu mendustakannya?"
(QS. Al Mu'minuun : 105).

Ayat Al Qur'an Menjelaskan

Banyak sekali kandungan ayat Al Qur'an yang menjelaskan tentang kemurkaan Allah SWT pada orang-orang yang hanya bisa berkata dan memerintahkan kebaikan, namun ia sendiri tidak melakukannya. Di antara teguran keras tersebut ada dalam Surat Al Baqarah ayat 44 dan Surat Ash Shaff ayat 2-3.

Allah SWT berfirman,

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ

Artinya:
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?"
(QS. Al Baqarah : 44).

Allah SWt berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ

Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan."
(QS. Ash Shaff : 2-3).

Itulah azab yang diberikan Allah SWT terhadap orang-orang yang khianat. Semoga kita dihindarkan dari sifat khianat ini, bisa menasehati kebaikan tapi dia sendiri malah tidak melaksanakannya.

Wassalamu'alaikum wr. wb.
0

Melihat Wujud Asli Iblis

Assalamu'alaikum wr. wb.

Kisah ini terjadi pada masa zaman Nabi Yahya as. Pada suatu ketika, Nabi Yahya as meminta Iblis agar menunjukkan wujud aslinya. Iblis pun menurutinya dengan syarat tak akan ada seorang pun yang melihatnya kecuali Nabi Yahya as. Akhirnya iblis pun datang menemui Nabi Yahya as keesokan harinya sesuai dengan kesepakatan. Iblis menampakkan wujud aslinya dengan wajah yang sangat buruk.



Kisahnya

Dalam satu kitab Ghawr Al Umur buah karya Al-Hakin At-Tirmidzi dikisahkan bahwa pada suatu saat iblis laknatullah mendatangi para nabi. Iblis mendatangi semua nabi mulai dari Nabi Nuh as hingga Nabi Isa as. Hanya saja, dari nabi-nabi yang ditemui oleh iblis, tidak ada nabi yang paling banyak dan paling enak diajak bicara kecuali Nabi Yahya as.

Begitu iblis menemui Nabi Yahya as, Nabi Yahya as langsung saja membentak iblis dan memintanya untuk menunjukkan wujud aslinya.
"Hai Abu Murah (julukan iblis karena iblis terputus dari segala kebaikan), aku ingin minta satu hal padamu dan aku harap kamu tidak menolaknya," kata Nabi Yahya as.
"Ya, aku akan bersedia melakukan untukmu wahai Nabiyullah, apa yang harus aku lakukan," jawab iblis.

Permintaan Nabi Yahya as

"Aku ingin kamu memperlihatkan bentuk dan rupa alimu serta menunjukkan bentuk dan berbagai perangkap yang kamu pergunakan untuk membinasakan dan mencelakakan manusia," pinta Nabi Yahya as.

Mendengar permintaan tersebut, iblis berkata,
"Wahai Nabiyullah, permintaanmu sungguh sesuatu yang berat. Permintaanmu membuatku berada dalam kesulitan yang besar. Namun, aku tidak bisa menolak permintaanmu. Hanya saja, jangan sampai ada orang lain bersamamu yang melihat," ujar iblis.

Dan akhirnya terjadilah kesepakatan di antara keduanya untuk melakukan pertemuan pada keesokan harinya. Setelah tiba pada waktu yang telah dijanjikan, iblis pun muncul di hadapan Nabi Yahya as.
Seketika itu juga, iblis langsung berubah bentuk menjadi makhluk yang mirip dengan hewan yang jelek dan menakutkan.

Ciri-Ciri Fisik Iblis

Bentuk fisiknya seperti babi, wajahnya seperti kera dan matanya memanjang sama seperti mulutnya. Iblis tidak memiliki janggut, rambut di kepalanya jarang dan mengarah ke atas. Iblis memiliki empat buah tangan, dua tangan di bahunya dan dua lagi di keningnya. Jari-jarinya ada enam, hidungnya menghadap ke atas. Iblis juga memiliki belalai, pincang dan mempunyai sayap.

Di atasnya ada berhala Majusi. Lalu di sekitar bajunya ada enam jenis minuman yang warnanya beraneka ragam. Di tangannya ada lonceng besar. Di atas kepalanya terdapat telur yang ditengahnya ada besi panjang.

Iblis Enggan Bersujud

Beberapa saat lamanya Nabi Yahya as terkejut melihat wujud asli iblis.
Kemudian Nabi Yahya as berkata,
"Hai Abu Murah, jawablah beberapa hal yang ingin aku tanyakan kepadamu, kenapa bentukmu sangat buruk dan jelek?"
"Wahai Nabiyullah, ini semua karena nenek moyangmu Nabi Adam as," jawab iblis.

"Tadinya aku iini berasal dari golongan malaikat yang mulia. Aku tidak pernah mengangkat kepalaku dan sujud yang selalu aku lakukan selama empat ratus ribu ribu tahun lamanya. Namun aku melanggar perintah Tuhan dengan tidak mau bersujud kepada Nabi Adam as. Allah SWT pun murka kepadaku dan melaknatiku. Sejak saat itu, aku npun berubah dari bentuk malaikat ke bentuk setan seperti ini. Padahal, tadinya di antara malaikat-malaikat, tidak ada yang rupanya lebih bagus dariku. Tapi sekarang lihatlah aku, sekarang aku berubah menjadi buruk rupa dan jelek seperti yang Anda lihat," jelas iblis yang mengungkapkan jati dirinya kepada Nabi Yahya as.

Itulah iblis, ciri-ciri fisiknya dan alasan kenapa rupanya sekarang menjadi sangat jelek.
Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah SWT.

Wassalamu'alaikum wr. wb.
1

Rahasia Di Balik hari Senin dan Kamis


1. Diantara keutamaan dan keberkahannya, bahwa pintu-pintu surga di buka pada dua hari tersebut, yaitu Senin dan Kamis. Pada saat inilah orang-orang Mukmin diampuni, kecuali dua orang Mukmin yang sedang bermusuhan.
“Pintu-pintu Surga di buka pada hari Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang tidak menyekutukan Alloh dengan sesuatu apapun akan diampuni dosa-dosanya, kecuali se

seorang yang antara dia dan saudaranya terjadi permusuhan. Lalu dikatakan, ‘Tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap orang ini sampai keduanya berdamai.” (HR. Muslim)

2. Keutamaan hari Senin dan Kamis yang lainnya, bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam sangat antusias berpuasa pada kedua hari ini.
Amal-amal manusia diperiksa pada setiap hari senin dan Kamis, maka aku menyukai amal perbuatanku diperiksa sedangkan aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. At Tirmidzi dan lainnya)

3. Keutamaan lain yang dimiliki hari Kamis, bahwa kebanyakan perjalanan (safar) Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam terjadi pada hari Kamis ini.
Sangat jarang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam keluar (untuk melakukan perjalanan) kecuali pada hari Kamis.”
0

Keajaiban Al-Quran


Pesanan dari 4 Khalifah Islam
Khalifah ur Rasyidin yang pertama dan Sahabat utama Rasulullah SAW, Sayidina Abu Bakar As Siddiq pernah meninggalkan pesan, katanya:
1. Siapa yang memasuki kubur dengan tidak membawa bekalan samalah seperti orang yang belayar di lautan dengan tidak berperahu.
2. Kegelapan itu ada lima perkara dan penerangnya juga ada lima perkara iaitu:
a. Cinta dunia itu kegelapan dan penerangnya adalah taqwa.
b. Dosa itu kegelapan dan penerangnya adalah taubat.
c. Akhirat itu kegelapan, penerangnya adalahamal soleh.
d. Kubur itu kegelapan, penerangnya adalah kalimah ‘La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah.’
e. Siratul Mustaqim itu kegelapan, penerangnya adalah yakin.
3. Sesungguhnya iblis itu berdiri di hadapanmu, nafsu di sebelah kananmu, dunia di belakangmu, anggota di sekelilingmu dan Allah juga bersamamu. Iblis yang dilaknat menyuruhmu meninggalkan agama. Nafsu menyuruhmu berbuat maksiat. Keinginan hawa nafsu menyerumu ke arah syahwat. Dunia menyeru supaya memilihnya daripada Akhirat. Anggotamu menyerumu berbuat dosa. Allah menyerumu ke Syurga dan keampunan-Nya. Siapa yang menyahut seruan iblis terkeluarlah agamanya. Siapa yang menyahut seruan nafsu terkeluar rohnya (roh kemanusiaan). Siapa yang menyahut seruan syahwat, terkeluar akalnya. Siapa yang menyahut seruan anggota, terkeluarlah Syurganya. Siapa yang menyahut seruan Allah, terkeluarlah kejahatannya dan memperolehi segala kebaikan.
4. Sayidina Abu Bakar berkata: Terdapat lapan perkara yang menjadi perhiasan kepada lapan perkara: – Menjaga perkara yang haram, perhiasan kepada fakir. – Syukur perhiasan kepada nikmat – Sabar perhiasan kepada bala.– Tawaduk perhiasan kepada kemuliaan. – Berlemah lembut perhiasan kepada ilmu. – Merendah diri perhiasan kepada orang yang bercakap.– Meninggalkan riyak perhiasan kepada kebaikan. – Khusyuk perhiasan kepada sembahyang.
5. Sesungguhnya hamba itu apabila datang ujub dengan sesuatu dari perhiasan dunia nescaya Allah memurkainyahingga dia menceraikan perhiasan itu.
6. Moga-moga aku jadi pokok kayu dicantas kemudian dimakan.
7. Dia berkata kepada para Sahabat: Sesungguhnya aku telah mengendalikan urusan kamu, tetapi bukanlah aku ini orang yang paling baik di kalangan kamu maka tolonglah aku, kalau aku berlaku lurus maka ikutilah aku tetapi kalau aku menyeleweng betulkan aku.
B. SAYIDINA UMAR AL KHATTAB
1. Khalifah kedua, Sayidina Umar berpesan:
– Siapa yang menjaga percakapannya dianugerahkan kepadanya hikmah.
– Siapa yang menjaga penglihatannya dianugerahkan kepadanya hati yang khusyuk.
– Siapa yang menjaga makanannya dianugerahkan kepadanya kelazatan dalam beribadah.
– Siapa yang bersabar di atas ujian, Allah sempurnakan sabarnya lalu memasukkannya ke dalam Syurga mana yang dia suka.
– Siapa yang menjaga daripada ketawa dianugerahkan kepadanya kehebatan.
– Siapa yang menjaga daripada bergurau dianugerahkan kepadanya keelokan atau kemuliaan.
– Siapa yang meninggalkan cinta dunia dianugerahkan kepadanya dapat melihat kesalahan sendiri.
– Siapa yang meninggalkan kesibukan mencari kesalahan pada perbuatan Allah, dianugerahkan kepadanya pelepasan daripada nifak.
2. Jika tidaklah kerana takut dihisab sesungguhnya aku perintahkan kamu membawa seekor kambing untuk dipanggang di depan pembakar roti ini.
3. Siapa takut kepada Allah SWT, nescaya marahnya tidakdapat dilihat. Dan siapa takutkan Allah, kehendaknya akan ditunaikan.
4. Wahai Tuhan, jangan Engkau jadikan kebinasaan umat Muhammad SAW di tanganku.
5. Termaktub dalam sepucuk surat khalifah Umar kepada Abu Musa Al Asyaari: “Milikilah sifat sabar. Sifat sabar itu ada dua. Sabar yang pertama lebih afdhal dari sabar yang kedua iaitu sabar dalam meninggalkan larangan Allah SWT dan sabar dalam menghadapi musibah. Ketahuilah bahawa sabar itu sangkutan iman (orang yang bersabar akan mendapat iman) kerana kebajikan yang paling utama adalah taqwa dan taqwa hanya dapat dicapai dengan sabar.”
C. SAYIDINA USMAN IBNU AFFAN R.A.
Mari kita lihat pula kata-kata hikmah daripada khalifah ketiga, Sayidina Usman Ibnu Affan r.a. Di antaranya:
1. Aku mendapat kemanisan ibadah dalam empat perkara:
a. Sewaktu menunaikan apa yang difardhukan Allah.
b. Meninggalkan apa-apa yang Allah haramkan.
c. Ketika menyeru kepada kebaikan.
d. Ketika mencegah kemungkaran dan menjaga diri daripada membuat perkara yang menyebabkan kemurkaan Allah.
2. Katanya lagi: Empat perkara yang pada zahirnya fadhilat dan pada batinnya wajib:
a. Bergaul dengan orang soleh itu fadhilat, mengikut amalan mereka itu wajib.
b. Membaca Al Quran itu fadhilat, beramal dengannya itu wajib.
c. Menziarahi kubur itu fadhilat, bersedia untuknya itu wajib.
d. Menziarahi orang sakit itu fadhilat, menunaikan wasiat itu wajib.
3. Pesanannya: Antara tanda-tanda ‘arifin itu ialah:
a. Hatinya berserta takut dan harap.
b. Lidahnya bertahmid dan memuji Allah.
c. Matanya berserta malu melihat perkara yang dilarang dan banyak menangis. d. Kehendaknya bersih dari cinta dunia dan bertujuan menuntut keredhaan Allah.
D. SAYIDINA ALI ABU TALIB K.W.
Khalifah keempat, Sayidina Ali k.w. berkata:
1. Ilmu itu sebaik-baik pusaka. Adab itu sebaik-baik sifat. Taqwa itu sebaik-baik bekalan. Ibadah itu sebaik-baik barang perniagaan.
2. Siapa yang tinggalkan dunia, dikasihi oleh Allah. Siapa yang tinggalkan dosa, dikasihi oleh malaikat. Siapa tinggalkan tamak, dikasihi oleh orang-orang Islam.
3. Siapa yang tidak ada padanya sunnah Allah, sunnah Rasul dan sunnah wali-Nya, maka tiadalah apa-apa kebaikan padanya. Ditanya orang pada Sayidina Ali k.w., “Apakah sunnah Allah?” Sayidina Ali menjawab, “Menyembunyikan rahsia (misalnya menutup aib orang lain).” Ditanya lagi, “Apakah pula sunnah Rasulullah?” ayidina Ali berkata, “Berlemah lembut dengan sesama manusia.” Ditanya lagi, “Apakah pula sunnah wali-Nya?” Sayidina Ali menjawab, “(Sabar dalam) menanggung penderitaan.”
4. Susah sekali melakukan kebaikan pada empat tempat: – Memberi maaf ketika marah.– Bersedekah ketika kesempitan.– Menjauhi perkara haram ketika seorang diri. – Berkata benar kepada orang yang ditakuti atau orang yang selalu menolong.
5. Memadai aku merasa mulia bahawa Engkau Tuhan bagiku dan memadailah aku merasa bangga bahawa aku menjadi hamba-Mu. Engkau yang aku cintai maka berilah aku taufik (agar dapat melakukan perkara-perkara yang Engkau cintai).
6. Hendaklah kamu lebih mengambil berat bagi diterima amalamal kamu daripada beramal. Sesungguhnya sangat besar nilainya amalan yang disertai taqwa dan betapa lagi kalau amalan itu diterima.
7. Janganlah mengharap seorang hamba itu melainkan Tuhannya dan janganlah dia takut melainkan dosanya.
8. Tiada kebaikan ibadah tanpa ilmu dan tiada kebaikan ilmu tanpa faham dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tiada perhatian.
9. Dasar kekafiran itu dikelilingi oleh empat tiang iaitu kasar hati, buta fikiran, lalai dan prasangka.
10. Orang berhati kasar akan menghina kebenaran, menunjukkan kejahatan dan mengutuk orang-orang pandai.
11. Buta hati akan lupa zikrullah.
12. Orang yang syak wasangka akan tertipu oleh angan-angan. Sampai masanya dia ditimpa kecewa dan sesal tidak berhujung kerana diperlihatkan Allah hal-hal yang selama ini tidak dikiranya.
0

Keutamaan Laa ilaaha Illallah, Subhanallah dan Alhamdulillah


Berikut ceramah dari Habibana Munzir mengenai keutamaan Laa ilaaha Illallah, Subhanallah dan Alhamdulillah.
sebagaimana firman-Nya dalam hadits qudsi :
لَا إِلهَ إِلّا الله حِصْنِيْ فَمَنْ قَالَهَا دَخَلَ حِصْنِيْ وَمَنْ دَخَلَ حِصْنِيْ أَمِنَ مِنْ عَذَابِيْ
“ Laa ilaaha illallah adalah benteng-Ku (Allah), barangsiapa yang membacanya maka ia telah masuk ke dalam benteng-Ku, dan barangsiapa yang telah masuk ke dalam benteng-Ku sungguh ia telah aman dari siksa-Ku”.
Hadits qudsi tersebut juga diperkuat dengan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari :
مَنْ قَالَ لَا إِلهَ إِلّا الله خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“ Barangsiapa yang mengucapkan “Laa ilaaha Illallah” murni (ikhlas) dari hatinya maka ia masuk surga”

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari:
مَن اغْبرَّتْ قَدمَاهُ في سَبِيْلِ اللَّهِ حَرَّمَهُمَا اللَّهُ عَلى النَّارِ
“ Barangsiapa yang kedua kakinya terkena debu di jalan Allah, maka Allah haramkan darinya api neraka”
Hadirin yang dimuliakan Allah
Di malam ini kita masih akan menimba dan mendalami kemuliaan makna kalimat “Al Hamdu Lillah”, pujian kepada Allah subhanahu wata’ala yang mana dengan memuji-Nya kita dicintai-Nya dan dihapuskan dosa-dosa dari kita. Puijian kepada Allah dengan kalimat “ Al Hamdu Lillah”, atau kalimat “Subhanallah” atau dengan memadukan keduanya “Subhaanallah Wabihamdih” atau yang lainnya. Kalimat Tasbih (Subhanallah) dan Tahmid (Alhamdu Lillah) memiliki makna yang sama yaitu mengagungkan dan memuji Allah subhanahu wata’ala. Mensucikan nama Allah dengan mengucap kalimat “Subhanallah” adalah bagian dari pujian kepada Allah subhanhahu wata’ala dan bagian dari ucapan “Alhamdulillah”. Begitu juga seluruh perbuatan tasyakuran merupakan bagian dari pujian kepada Allah subhanahu wata’ala atas kenikmatan yang dilimpahkan kepada kita, Sujud syukur merupakan bagian daripada memuji Allah subhanahu wata’ala. Maka segala macam perbuatan syukur adalah merupakan pujian kepada Allah subhanahu wata’ala. Dan Allah subhanahu wata’ala melipatgandakan kenikmatan bagi hamba yang memuji-Nya dan bersyukur atas nikmat yang diberikan kepadanya, sebagaimana firman-Nya :
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ (إبراهيم : (7 )
“Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) bagi kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. ( QS. Ibrahim : 7 )
Allah subhanahu wata’ala berjanji akan melipatgandakan kenikmatan untuk hamba jika ia bersyukur. Adapun ungkapan syukur yaitu dengan memuji Allah subhanahu wata’ala baik berupa perbuatan, ucapan atau dengan sanubari maka kesemua itu adalah termasuk ke dalam makna kalimat luhur “Alhamdulillah”. Semoga kita semua di malam hari ini yang telah Allah masukkan ke dalam samudera “Alhamdulillah”, Allah subhanahu wata’ala melipatgandakan kenikmatan bagi kita dan menjauhkan segala musibah dari kita zhahir dan bathin di dunia dan di akhirat. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ( المجادلة : 11 )
“ (Niscaya) Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. ( QS : Al Mujadilah)
Sayyidina Abdullah bin Abbas Ra dalam menjelaskan makna ayat ini beliau berkata bahwa orang yang beriman dan yang memiliki atau menuntut ilmu akan ditinggikan derajatnya 700 derajat, dimana dalam setiap derajatnya sejauh 300 tahun perjalanan. Maka selayaknyalah bagi kita untuk senantiasa memperdalam ilmu, karena semakin dalam ilmu pengetahuan kita maka akan semakin memahami kemuliaan rahasia-rahasia pujian kepada Allah subhanahu wata’ala. Maka menjauhi dan meninggalkan perbuatan maksiat adalah merupakan bagian dari makna kalimat “Alhamdulillah”, menyesali atas perbuatan-perbuatan dosa adalah merupakan bagian dari kalimat Alhamdulillah, menyesali setiap kesalahan yang telah lalu serta ingin memperbaiki diri juga merupakan bagian dari makna kalimat “Alhamdulillah”, maka semua perbuatan luhur berpadu dalam samudera “Alhamdulillah”. Sebagaimana yang telah kita bahas di majelis yang lalu bahwa ketika kalimat luhur ini diucapkan maka hal itu akan memenuhi timbangan amal baik seseorang. Oleh karena itu setiap kalimat yang mengandung pujian kepada Allah subhanahu wata’ala yang diantaranya adalah kalimat tasbih “Subhaanallah”, adalah merupakan pujian kepada Allah subhanahu wata’ala karena ucapan tasbih adalah mensucikan Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala Maha Suci dan tidak butuh untuk disucikan, namun dengan kita mensucikan nama Allah subhanahu wata’ala maka Allah akan mensucikan kita, menjauhkan kita dari musibah dan menggantikan musibah yang akan datang dengan anugerah kenikmatan, Allah akan melimpahkan rizki yang luas kepada kita. Disebutkan dalam kitab Adab Al Mufrad oleh Al Imam Al Bukhari dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa nabiyullah Nuh As berwasiat kepada putra-putranya, dimana diantara mereka ada yang beriman dan ada yang tidak beriman. Maka ketika akan wafat, nabiyullah Nuh As berwasiat kepada putra-putranya yang beriman dengan 2 kalimat yang pertama kalimat “Laa ilaaha Illallah”, karena kalimat luhur itu jika ditimbang dengan seluruh alam semesta niscaya kalimat itu akan lebih berat dari semua alam semesta, dan yang kedua adalah kalimat “Subhaanallah wabihamdihi”, karena kalimat luhur itu adalah merupakan shalatnya seluruh makhluk Allah subhanahu wata’ala, dan dari kalimat tersebut Allah subhanahu wata’ala melimpahkan rizki bagi seluruh makhluk-Nya, rizeki untuk seluruh makhluk-nya ditumpahruahkan dari rahasia pujian kepada Allah subhanahu wata’ala. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda riwayat Shahih Muslim:
إِنَّ أَحَبَّ الْكَلاَمِ إِلَى اللهِ تَعَالَى سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
“ Sesungguhnya ucapan yang paling disenangi oleh Allah subhanahu wata’ala adalah Subhaanallahi Wabihamdih”
Kalimat inilah yang paling disukai oleh Allah subhanahu wata’ala yang mana juga merupakan bagian dari kalimat “Alhamdulillah”. Maka orang-orang yang mengamalkannya, Allah akan memberikan kepadanya hal-hal yang ia inginkan, menjadikan cerah hati dan wajahnya, menjadikan cerah kehidupannya di dunia, wafatnya dan kebangkitannya kelak di akhirat, sebab ia telah menyukai kalimat yang disukai Allah subhanahu wata’ala, sehingga Allah subhanahu wata’ala memberikan kepadanya hal-hal yang ia sukai. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari :
كَلِمَتانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِي المِيزَانِ حَبِيْبَتَانِ إلى الرَّحمَن : سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ الله العَظِيم
“ Dua kalimat yang ringan di lisan (diucapkan), berat di timbangan (amal baik), disenangi Allah adalah : Subhaanallah Wabihamdihi, Subhaanallah Al ‘Azhim”
Kita perhatikan rahasia kemuliaan di dalam shalat, ketika ruku’ mengucapkan “Subhana rabbiya al ‘azhiim wabihamdihi”, dan ketika sujud mengucapkan “Subhaana rabbiya al a’laa wabihamdihi”. Maka kalimat tasbih dan kalimat tahmid tidak lepas dari ruku’ dan sujud ketika shalat, yang merupakan ibadah yang paling luhur. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda riwayat Shahih Muslim :
أقْرَبُ ما يَكُونُ العبدُ مِنْ ربِّه وهُوَ سَاجِدٌ
“ Keadaan hamba paling dekat dengan Tuhannya (Allah) adalah ketika ia bersujud”
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّي
“ Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”
Adapun bacaan yang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan kepada dalam bersujud adalah bacaan “Subhaana rabbiya al a’laa wabihamdihi”. Dan tentang kalimat ini telah ditanyakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada malaikat Jibril As, dan dijelaskan oleh Al Imam Qurthubi di dalam tafsirnya dengan riwayat yang tsiqah, bahwa malaikat Jibril As berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam barangsiapa yang bersujud dan mengucapkan “Subhaana rabbiya al a’laa wabihamdihi”, maka Allah subhanahu wata’ala menjawab :
صَدَقَ عَبْدِيْ أَنَا فَوْقَ كُلِّ شَيْئٍ وَلَيْسَ فَوْقِيْ شَيْئٌ ، أَشْهِدُوْا يَا مَلاَئِكَتِيْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُ وَأَدْخَلْتُهُ الْجَنَّةَ
“ Benar (apa yang diucapkan) hamba-Ku, Aku (kekuasaan, kekuatan, kemuliaa, keluhuran Allah) diatas segala sesuatu, dan tidak ada sesuatu diatas-Ku (tidak ada sesuatu apapun yang mampu menandingin kekuasaan, kekuatan, keluhuran atau keagungan Allah)”,
Inilah diantara rahasia kemuliaan dari kalimat luhur “Subhaana rabbiya al a’laa wabihamdihi” di dalam sujud, dan merupakan bagian dari kemuliaan kalimat “Alhamdulillah”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda riwayat Shahih Al Bukhari:
مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحْمْدِهِ فِي اليَوْم مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وإنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ البَحْرِ
“ Barangsiapa yang mengucapkan “Subhaanallah Wabihamdih” dalam sehari sebanyak 100 kali, maka dosa-dosanya akan dihapus (oleh Allah) walaupun seperti buih di lautan”
Demikian agungnya rahasia kemuliaan rabbul ‘alamin yang dilimpahkan kepada kita di dalam samudera kalimat “Alhamdulillah”, yang merupakan kalimat yang sangat singkat namun tersimpan di dalamnya rahasia-rahasia yang agung zhahir dan bathin di dunia dan di akhirat, penuntun kepada kesucian serta menjadi modal besar untuk mencapai keridhaan dan cinta Allah subhanahu wata’ala.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan kepada kita, dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:
مَنْ لم يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ
“Barangsiapa yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, maka ia tidak/belum bersyukur kepada Allah”
Maka jangan samapi kita memuji Allah subhanahu wata’ala namun melupakan makhluk-Nya. Karena belumlah bersyukur secara sempurna seorang hamba kepada Allah subhanahu wata’ala, jika mereka belum berterima kasih kepada manusia. Terdapan belasan riwayat dalam hadits ini,, yang diantaranya diriwayatkan oleh Al Imam Thabrani dan lainnya dengan makna yang sama yaitu belumlah sempurna syukur seorang hamba kepada Allah jika ia belum bersyukur (berterima kasih) kepada manusia.
Maka jelaslah dari makna hadits ini bahwa pujian kepada manusia adalah bagian dari rasa syukur kepada Allah subhanahu wata’ala, bagian dari pujian kepada Allah subhanahu wata’ala. Sehingga memuji kepada hamba-hamba Allah yang mulia dan shalih yang menjadi pengantar menuju kenikmatan yang Allah berikan kepada seseorang adalah bagian dari syukur kepada Allah subhanahu wata’ala. Maka belum sempurna syukur dan pujian kita kepada Allah subhanahu wata’ala, walaupun dengan ribuan tahun beribadah, sebelum kita berbakti kepada kedua orang tua kita, karena merekalah yang menjadi perantara bagi kehiduapan kita. Sehingga belum sempurna kita memuji Allah subhanahu wat’ala, jika kita belum berterima kasih kepada makhluk yang menjadi perantara dan mengantar kita kepada keridhaan Allah subhanahu wata’ala, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Maka semoga Allah subhanahu wata’ala memberi hidayah orang-orang yang berpendapat bahwa pujian kepada makhluk adalah perbuatan syirik dan kultus. Sungguh hal ini justru memutuskan makna syukur kepada Allah subhanahu wata’ala, dengan dalil yang jelas riwayat Shahih Al Bukhari dimana ketika orang-orang quraisy mencaci beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga membuat para shahabat merasa sedih, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa mereka (kuffar quraisy) telah menamakan beliau مذمم : Mudzammam (yang banyak dicaci atau dicela), namun namaku adalah محمد : Muhammad ( yang banyak dipuji ).
Demikianlah hamba yang paling banyak dipuji dan paling berhak dipuji dan paling terpuji yaitu makna dari kalimat “Muhammad”. Maka kalimat ini menjadi dalil yang shahih dan jelas bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri yang memperbolehkan kita ummatnya untuk memuji beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga beliau shallallahu ‘alaihi wasallam telah diberi nama “Muhammad” yaitu orang yang banyak dipuji oleh seluruh makhluk dan banyak dipuji oleh pencipta seluruh makhluk, Allah subhanahu wata’ala. Maka pujian kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah bentuk daripada kesempurnaan syukur kepada Allah subhanahu wata’ala. Maka terputuslah rahasia makna “Alhamdulillah” dan kemuliaannya tanpa kita mencintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana sabda beliau shallall ahu ‘alaihi wasallam :
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حتى أَكُونَ أَحَبَّ إليه مِنْ وَلَدِه وَوَالِدِه وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“ Tidak beriman (dengan iman yang sempurna) salah seorang diantara kalian, hingga aku lebih dicintainya daripada anaknya dan kedua orang tuanya, serta dari semua manusia”
Maka kesempurnaan iman seseorang adalah dengan melebihkan sang nabi untuk dicintai dari seluruh makhluk Allah subhanahu wata’ala. Sampai disini sedikit telah kita fahami rahasia samudera kemuliaan kalimat “Alhamdulillah” dari kitab Ar Risaalah Al Jaamiah yang ditulis oleh Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Muhammad bin Zen Al Habsyi Ar, yang dikatakan oleh gurunya yaitu Hujjatul Islam Al Imam Abdullah bin ‘Alawy Al Haddad sahib Ar Raatib Ar, beliau berkata bahwa salah satu muridnya yang sampai derajat ilmu syariatnya kepada Al Imam As Syafii adalah Al Imam Ahmad bin Zen Al Habsyi. Begitu juga rahasia kemuliaan sanad keguruan adalah merupakan wujud syukur kepada Allah subhanahu wata’ala, dan agar sempurna syukur kita kepada Allah subhanahu wata’ala maka selayaknya kita berpegang kepada tuntunan guru-guru kita sehingga rantai yang tersambung kepada guru-guru mereka sampai kepada pemimpin para guru, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, menjadi rantai kokoh yang tidak akan dapat diputus.
Hujjatul islam Al Imam Abdullah bin ‘Alawy Al Haddad, beliau berkata : “Walaupun mereka mengecewakan kami, kami tidak akan mengecewakan mereka”, demikian perkataan beliau kepada murid-muridnya dan kepada ummat ini, jika demikian mulia akhlak Al Imam Abdullah bin ‘Alawy Al Haddad maka terlebih lagi sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah digelari oleh Allah subhanahu wata’ala sebagai Rauuf Rahiim (Yang berlemah lembut dan berkasih sayang) kepada hamba-hamba yang beriman, sebagaimana firman-Nya :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ ( التوبة : 128 )
“Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari kalian sendiri, yang teras berat terasa baginya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, sangat berlemah lembut dan penyayang terhadap orang-orang mukmin”. ( QS : At Taubah : 128 )
0

Nama-nama yang Diharamkan

Nama-nama yang Diharamkan
Pertama: Setiap nama yang terdapat bentuk penghambaan kepada selain Allah.
Yaitu menggunakan kata ‘Abdul tetapi disandarkan bukan pada nama Allah, namun pada selain Allah. Ini adalah nama yang diharamkan. Seperti: ‘Abdur Rasul (hamba Rasul), ‘Abdu ‘Ali (hamba ‘Ali), ‘Abdul Hasan (hamba Hasan), ‘Abdul Husain (hamba Husain), ‘Abdul Harits (hamba Harits), ‘Abdul ‘Uzza (hamba ‘Uzza), ‘Abdul Masih (hambanya Isa Al Masih), ‘Abdul Ka’bah (hamba Ka’bah).[1]
Juga ada nama-nama penghambaan (memakai Abdul) yang dinilai keliru karena disandarkan bukan pada nama Allah seperti ‘Abdul Maqshud, ‘Abdus Sataar, ‘Abdul Mawjud, ‘Abdul Mursil, ‘Abdul Ma’bud, ‘Abdul Wahid, ‘Abduth Tholib. Nama-nama ini adalah nama-nama yang keliru ditinjau dari dua sisi:
  1. Nama-nama yang disandarkan tersebut bukanlah nama Allah karena nama Allah itu tauqifiyah (butuh dalil).
  2. Ini adalah penghambaan kepada sesuatu yang Allah tidak menamakan diri-Nya dengan nama tersebut, begitu pula dengan Rasul-Nya.[2]
Kedua: Nama yang khusus untuk nama Allah.
Nama ini hanya khusus untuk Allah Ta’ala, tidak boleh digunakan oleh makhluk. Seperti: Al Kholiq (Sang Pencipta), Ar Rahman (Maha Penyayang), Al Ahad (Maha Esa), Ash Shomad (Bersandarnya seluruh makhluk pada-Nya), Ar Roziq (Maha Pemberi Rizki).
Ketiga: Nama dari barat yang merupakan nama khusus untuk orang kafir.
Contoh nama tersebut: Imanuel, George, Robert, Susan, Alberto, Diana, Susan. Nama-nama seperti ini haram digunakan dan sudah seharusnya untuk diganti dengan nama yang Islami.
Bagaimana mau membedakan muslim dan kafir, jika seorang anak diberi nama dengan nama yang jelas-jelas itu nama orang kafir?
Keempat: Nama yang merupakan nama berhala yang disembah selain Allah.
Seperti: Laata, ‘Uzza, Isaf, Nailah, Hubal.
Kelima: Nama yang bukan menunjukkan yang dinamai, mengandung penyucian diri bahkan kedustaan.
Telah terdapat dalam hadits yang shahih,
إِنَّ أَخْنَعَ اسْمٍ عِنْدَ اللَّهِ رَجُلٌ تَسَمَّى مَلِكَ الأَمْلاَكِ
Sesungguhnya nama yang paling jelek di sisi Allah Ta'ala ialah nama "Malikul Amlak" (Maha Raja Diraja)”. (HR. Bukhari no. 6206 dan Muslim no. 2143)
Nama yang diqiyaskan (dianalogikan) dengan  Malikul Amlak adalah Sulthon As Salaathin (Sultan dari segala sultan), Hakimul Haakim (Hakim dari para hakim), Qodhi Al Qudhot (Qodhi dari para Qodhi). Nama-nama ini adalah nama yang haram karena mengandung penyucian diri dan kedustaan.
Yang semisal itu dan diharamkan adalah sayyidunnaas (penghulu para manusia), sayyidul kulli (penghulu seluruh manusia). Sedangkan “Sayyid Waladi Adam” diharamkan untuk digunakan kecuali pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam saja.
Dari Muhammad bin 'Amru bin 'Atha dia berkata, "Aku menamai anak perempuanku 'Barrah' (yang artinya: baik). Maka Zainab binti Abu Salamah berkata kepadaku, 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang memberi nama anak dengan nama ini. Dahulu namaku pun Barrah, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمُ اللَّهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ
Janganlah kamu menganggap dirimu telah suci, Allah Ta'ala-lah yang lebih tahu siapa saja sesungguhnya orang yang baik atau suci di antara kamu.” Para sahabat bertanya, “Lalu nama apakah yang harus kami berikan kepadanya? “ Beliau menjawab, “Namai dia Zainab.” (HR. Muslim no. 2142)
Keenam: Nama yang merupakan nama-nama setan . Seperti: Khinzab, A’war, Walhan, Ajda’.


Nama-Nama yang Dimakruhkan (Tidak Disukai)
Pertama: Memberi nama dengan nama-nama yang arti dan lafazhnya tidak disukai oleh jiwa, lebih-lebih menyelisihi petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memperbagus nama.
Contoh dari nama semacam ini adalah Huyam dan Suham (jenis penyakit pada unta).
Ath Thobari rahimahullah mengatakan, “Tidak sepantasnya seseorang memakai nama dengan nama yang jelek maknanya atau menggunakan nama yang mengandung tazkiyah (menetapkan kesucian dirinya), dan tidak boleh pula dengan nama yang mengandung celaan. Seharusnya nama yang tepat adalah nama yang menunjukkan tanda bagi seseorang saja dan bukan dimaksudkan sebagai hakikat sifat.”[3]
Kedua: Memberi nama dengan nama-nama yang menimbulkan syahwat. Seperti: Fatin (wanita penggoda), Syadi atau Syadiyah (biduanita).
Ketiga: Memberi nama dengan nama orang fasiq (yang gemar maksiat). Seperti: Madona, Britney.
Keempat: Memberi nama yang menunjukkan dosa dan maksiat. Seperti: Zhalim.
Kelima: Memberi nama dengan nama-nama orang yang terkenal sombong. Seperti: Fir’aun, Haamaan, Qorun.
Keenam: Memberi nama dengan nama yang tidak memotivasi diri. Seperti: Hazn (sedih), Zahm (sempit).
Ketujuh: Memberi nama dengan nama-nama hewan. Seperti: Himar (keledai), Kalb atau Kulaib (anjing), Bagong.
Kedelapan: Memberi nama dengan nama yang disandarkan pada lafazh “ad diin” dan “al islam”.
Seperti: Muhyiddin (yang menghidupkan agama), Nuruddin (cahaya agama), Dhiyauddin (cahaya agama), Syamsuddin (cahaya agama), Qomaruddin (cahaya agama), Saiful Islam (pedang Islam), Nurul Islam (cahaya Islam).
Penamaan seperti di atas terlarang karena kebesaran kedua lafazh Islam dan Diin. Oleh karena itu mengaitkan nama tersebut pada Islam dan Diin adalah suatu kebohongan. Ambil misal orang yang namanya Muhyiddin, artinya orang yang menghidupkan agama. Pertanyaannya, kapan orang tersebut menghidupkan agama?
An Nawawi rahimahullah tidak suka dipanggil dengan Muhyiddin. Begitu pula Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tidak suka dipanggil Taqiyuddin (penjaga agama). Beliau berkata, “Keluargaku sudah sering memanggilku seperti itu dan akhirnya panggilan seperti itu tersebar luas.”[4]
Kesembilan: Menggunakan nama yang bersusun (terdiri lebih dari dua kata atau lebih), sehingga menimbulkan kerancuan apakah yang dinamai tersebut satu atau beberapa orang.
Seperti: Muhammad Firdaus, Muhammad Ahmad, Muhammad Haris. Nanti akan dikira bahwa nama-nama ini terdiri dari dua orang, ada Muhammad sendiri, ada Firdaus sendiri. Apalagi jika nama tersebut terdiri dari tiga kata atau bahkan sampai tujuh kata?!
Kesepuluh: Sebagian ulama tidak menyukai memberi nama dengan nama para Malaikat yang khusus bagi mereka. Seperti: Jibril, Mikail, Isrofil. Kecuali Malik, nama ini bersekutu antara manusia dan malaikat, dan ada sebagian sahabat yang menggunakan nama Malik.[5]
Sedangkan menamai anak perempuan dengan nama malaikat, ini jelas haram karena ini sama halnya kelakukan orang musyrik yang menjadikan malaikat sebagai anak perempuan Allah.[6]
Kesebelas: Sebagian ulama (di antaranya Imam Malik) tidak menyukai memberi nama dengan nama-nama surat dalam Al Quran, seperti: Yasin, dan Thoha.
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
وأما يذكره العوام أن يس وطه من أسماء النبي فغير صحيح ليس ذلك في حديث صحيح ولا حسن ولا مرسل ولا أثر عن صاحب وإنما هذه الحروف مثل الم وحم والر ونحوها
“Adapun yang biasa disebut oleh orang awam bahwa “Yasin” dan “Thoha” adalah di antara nama-nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka itu tidaklah benar. Tidak ada satu pun hadits shahih, hadits hasan, hadits mursal atau pun atsar sahabat yang menyatakan demikian. Yasin dan Thoha hanyalah huruf biasa sebagaimana alif laam miim, haamiim, alif laam roo dan semacamnya.”[7]
Mengganti Nama
Jika memang nama tersebut adalah di antara nama yang haram dan tidak disukai, maka hendaknya diganti dengan nama yang baik sesuai syari’at yang sudah kami terangkan dalam tulisan sebelumnya. Dalil mengenai hal ini adalah praktek Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang mengganti nama beberapa sahabat. Perhatikan dalil-dalil berikut ini.
Dari ‘Aisyah, ia berkata,
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يُغَيِّرُ الاِسْمَ الْقَبِيحَ.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengganti (merubah) nama yang jelek.” (HR. Tirmidzi no. 2839. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari Ibnu 'Umar, ia berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- غَيَّرَ اسْمَ عَاصِيَةَ وَقَالَ « أَنْتِ جَمِيلَةُ »
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengganti nama 'Ashiyah (artinya: wanita yang suka bermaksiat) seraya berkata; "Nama kamu adalah Jamilah (artinya: wanita yang cantik)." (HR. Muslim no. 2139)
Dari Usamah bin Akhdari, ia berkata,
أَنَّ رَجُلاً يُقَالُ لَهُ أَصْرَمُ كَانَ فِى النَّفَرِ الَّذِينَ أَتَوْا رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا اسْمُكَ ». قَالَ أَنَا أَصْرَمُ. قَالَ « بَلْ أَنْتَ زُرْعَةُ ».
“Ada seseorang bernama Ashrom, ia bersama sekelompok orang mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bertanya, “Siapa namamu?” Ia menjawab, “Ashrom”. Beliau bersabda, “Sekarang namamu berganti menjadi Zur’ah.” (HR. Abu Daud no. 4954. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Ashrom artinya terpotong, sedangkan Zur’ah artinya tumbuh.
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa telah menceritakan kepada kami Hisyam bahwa Ibnu Juraij telah mengabarkan kepada orang-orang, katanya; telah mengabarkan kepadaku Abdul Hamid bin Jubair bin Syaibah dia berkata; saya duduk di hadapan Sa'id bin Musayyib maka dia menceritakan kepadaku, bahwa kakeknya datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam keadaan sedih, lalu beliau bertanya; "Siapakah namamu?" Dia menjawab; "Namaku Hazn, " Beliau bersabda,
بَلْ أَنْتَ سَهْلٌ
Sekarang namamu adalah Sahl." Namun dia berkata; "Tidak, aku tidak akan merubah nama yang pernah di berikan oleh ayahku." Ibnu Musayyib berkata, "Sesudah itu keluarga terus menerus dalam keadaan khuzunah." (HR. Bukhari no. 6193). Ibnu Tiin mengatakan bahwa khuzunah adalah kerasnya akhlaq. Ahli nasab menyebutkan bahwa keturunan Hazn ini terkenal dengan akhlaknya yang keras.[8]
Ibnu Baththol mengatakan,
أَنَّ الْأَمْر بِتَحْسِينِ الْأَسْمَاء وَبِتَغْيِيرِ الِاسْم إِلَى أَحْسَن مِنْهُ لَيْسَ عَلَى الْوُجُوب
Perintah untuk memperbagus nama dan merubah nama menjadi yang lebih baik bukanlah suatu yang wajib.”[9] Namun merubahnya adalah sesuatu yang lebih afdhol (lebih baik), apalagi jika nama tersebut jelas-jelas nama yang haram untuk digunakan.[10]
Demikian pembahasan kami mengenai nama untuk si buah hati. Semoga bermanfaat bagi setiap orang yang ingin menyambut buah hatinya.
0

Nama-Nama Islami

Kumpulan contoh daftar nama bayi Islam (muslim) laki-laki dan perempuan ini dapat Anda pilih sesuai makna seperti apa yang anda harapkan pada penerus Anda kelak. Langsung saja, inilah daftar nama bayi Islam untuk laki-laki dan perempuan, lengkap dengan arti dan maknanya :
Nami Bayi Islam Muslim Laki-laki (Pria) beserta arti atau maknanya:
‘Aabid = orang yang beribadah
‘Aadil = adil
‘Aamir = orang yang menetap
‘Aaqil = orang yang paham, berakal
‘Aarif = yang sabar dan mengetahui
‘Aashim = penjaga yang tulus
‘Abbaas = singa
‘Adiy = sekumpulan orang yang siap berperang
‘Adnaan = yang menetap di suatu tempat
‘Afiif = yang terjaga dari kehinaan
‘Aliyy = mulia, perkasa
‘Alwaan = tinggi
‘Ammaar = kuat imannya, baik pujiannya, lemah lembut
‘Amruu = kehidupan, agama
‘Athaa = rizki, kebaikan
‘Atiiq = mulia, baik
‘Ayyaasy = panjang umur
‘Aziiz = yang perkasa, kuat
‘Azzaam = berkemauan kuat
‘Ubaadah = banyak beribadah
‘Utbah = lika liku lembah
Adiib = penulis, sastrawan
Aĥmad = terpuji
Akram = yang memiliki kemuliaan
Aliif = lemah lembut
Amiin = dapat dipercaya
Amiir = penguasa
Aniis = ramah
Anwar = memiliki banyak cahaya
Ariib = yang memiliki pengetahuan
Arkaan = kemuliaan, tiang penyangga
As’ad = orang yang berbahagia
Asad = binatang buas yang disegani
Asmar = berkulit coklat, tombak
Asyam = pemimpin yang mulia, tinggi
Ayaad = dapat menguatkan, kokoh
Baadii = yang terlihat nyata, gurun yang tenang
Baahir = yang bersinar
Baaqir = memiliki kedalaman ilmu
Baasil = sangat pemberani, singa
Badraan = dua bulan purnama
Badriy = hujan yang turun sebelum musimnya
Baĥr = lautan, genangan air yang banyak
Basmaan = banyak tersenyum
Basyiir = pemberi kabar gembira
Bilaal = air atau susu yang membasahi tenggorokan
Burhaan = penjelasan
Daaniy = dekat
Daaris = orang yang belajar
Daariy = pandai, bijaksana
Daffaa’ = banyak memiliki pertahanan diri
Daliil = pemberi petunjuk kepada sesuatu
Dhaawiy = bercahaya
Dhaĥĥaak = banyak tersenyum
Dzahab = emas
Dzakiir = baik dan kuat ingatannya
Dzakiyy = cerdas, pandai
Dzakwaan = sangat cerdas
Dzulfaqar = tulang sulbi, nama pedang ‘Aliyy bin Abii Thaalib
Faa-iq = istimewa, menonjol
Faaris = penunggang kuda, pandai
Faaruuq = pemisah antara hak dan batil
Faatiĥ = penakluk
Fadhiil = yang utama, berbudi
Fahd = macan kumbang
Faishal = pemimpin, pemisah antara hak dan batil
Farĥaan = gembira
Fariid = unik, tiada bandingan, mutiara yang sangat berharga
Farraas = tajam pikirannya
Fathiin = cerdas
Fauzaan = keberuntungan
Fawwaaz = banyak memiliki keberuntungan
Fu-aad = hati
Ghaalib = orang yang menang
Ghaaliy = mahal
Ghaamid = yang memasukkan pedang ke sarungnya
Ghaaziy = pejuang
Haadii = yang memberi petunjuk
Ĥaafizh = yang memelihara
Ĥaamid = yang bersyukur
Haani- = yang menyenangkan
Ĥaarits = yang membajak tanah, singa
Haasyim = orang yang tampil di depan
Ĥaatim = hakim yang diserahi
Ĥaazim = berkemauan keras
Ĥabiib = yang terkasihi
Ĥafiizh = orang yang terjaga
Ĥaidar = pemberani
Ĥajjaaj = yang memiliki hujjah yang kuat
Ĥakam = hakim yang bijaksana
Ĥakiim = pandai dan memiliki pendapat yang kuat
Ĥaliim = lembut, sabar
Ĥamdaan = yang banyak pujian
Ĥaniif = yang lurus
Ĥasan = baik rupa dan akhlaqnya
Ĥasiib = pemberi, pembuat perhitungan
Ĥibbaan = yang dikasihi
Hilaal = bulan sabit
Hisyaam = kedermawanan
Humaam = pemberani, ambisius
Ĥumaid = diminutif dari Aĥmad
Ĥusaam = pedang yang tajam
Ĥilmiy = penyabar, pemurah
Ĥusain = sangat baik
Imaam = pemimpin, teladan
Ja’far = sungai, unta betina yang banyak susunya
Jaabir = pembaharu yang agung
Jaasim = tinggi besar
Jaasir = pemberani
Jalaal = orang besar yang dihormati
Jaliil = memiliki kekuasaan yang besar
Jamiil = tampan dan gagah
Jariir = tali pengikat unta, nama penyair terkenal
Jauhar = batu mulia
Kaamil = memiliki sifat-sifat sempurna
Kaasib = yang beruntung
Kaatib = penulis
Kan’aan = yang mengumpulkan
Kanz = harta simpanan
Kariim = murah hati, mulia
Katsiir = banyak
Khaalid = tetap di tempatnya, kekal
Khaalish = murni, bersih
Khairiy = yang memiliki banyak kebaikan
Khaazin = yang memiliki simpanan
Khalduun = ungkapan untuk kasih sayang
Khalaf = pengganti
Khaliil = kekasih, sahabat yang dipercaya
Khatiib = orang yang menyampaikan khutbah
Khuzaimah = pohon yang bunganya sangat indah
Khaththaab= banyak bicaranya
Kinaan = tempat menyimpan anak panah
Laabid = singa
Labiib = berakal, cerdik
Lathiif = lembut
Luqmaan = jalan terang
Ma’ruuf = terkenal, kebaikan
Maajid = terhormat
Maalik = pelindung, penanggung jawab
Maazin = wajah yang berseri
Maĥbuub = yang dicintai dan disenangi
Mahdiy = yang mendapat hidayah
Maĥfuuzh = terpelihara
Mahiib = orang yang karismatik
Maĥmuud = terpuji
Maimun = yang mendapatkan berkah
Majiid = mulia
Ma-muun = yang dipercaya
Marjaan = butiran mutiara
Marwaan = batu yang sangat keras
Mas’uud = yang beruntung, diberi kesenangan
Miqdaad = yang sering menghadang perbuatan buruk
Mu’aadz = orang yang terlindungi
Mubaarak = diberkahi
Mufiid = yang memberi manfaat kepada oang lain
Muhanaa = tenang, damai
Mujaahid = pejuang
Mukhtaar = pilihan
Mumtaaz = istimewa
Mundzir = pemberi peringatan
Muniir = bercahaya
Munjid = penolong
Muraad = kehendak, maksud
Murraan = lembut
Mursyid = pemberi petunjuk
Murtadhaa = yang diridhai
Mushliĥ = yang melakukan perbaikan
Mutawakkil = tunduk dan tawakal kepada Allah
Muyassar = yang dimudahkan
Muzhaffar = yang dapat memenuhi kebutuhannya
Na’iim = yang berbahagia
Naadir = berharga, jarang ada
Naafi’ = yang memberi manfaat
Naajiy = yang terbebas dari keburukan
Naashir = suka menolong
Naayif = tinggi
Nabiil = terhormat, punya kelebihan
Nadiim = pendamping
Nafiis = berharga, menjadi rebutan
Najiib = mulia
Nashr = pertolongan
Naufal = pemuda tampan
Nawwaaf = unggul
Qaabuus = gagah, tampan dan berkulit halus
Qaasim = pemberi imbalan
Qais = tinggi hati dan kuat
Qudamah = lama
Quthb = pemimpin
Raafi’ = kilauan halilintar
Raaghiib = orang yang berkehendak, mencintai
Raa-id = perintis, pasukan perang terdepan
Raa-if = sangat penyayang
Raakaan = kemuliaan
Raamiy = bintang, orang yang memanah
Raamiz = mengisyaratkan pada sesuatu
Raatib = permanen
Raiĥaan = rizki, bunga
Rajab = pengagungan
Ramziy = yang dapat disimbolkan
Rasyiid = yang mendapat atau memberi petunjuk
Raziin = orang yang tenang, teguh
Ruwaid = lembut
Sa’iid = yang berbahagia
Saabiq = lebih dulu dari yang lain
Saa-id = pemimpin
Saajid = orang yang bersujud kepada Allah
Saalim = orang yang selamat
Saamiy = berperawakan tinggi
Saliim = terhindar dari bahaya
Salmaan = yang selamat
Sayyaaf = pejuang
Sayyid = pemuka
Shaabir = yang sabar
Shaadiq = yang benar dalam ucapan
Shaa-ib = yang benar
Shaaliĥ = lurus dan benar
Shaamid = tegar
Shaarim = tajam
Shafiyy = murni
Shafwaan = jenih, cerah
Shiddiiq = selalu membenarkan
Siraaj = pelita
Suruur = kegembiraan
Syafiiq = sangat lemah lembut
Syahiid = saksi, yang terbunuh di jalan Allah
Syaakir = orang yang bersyukur
Syakiib = yang memberi balasan kebaikan
Syaddaad = kuat, sangat pemberani
Syariif = orang terhormat
Syihaab = meteor, cahaya api
Syuraiĥ = lapang dada
Taamir = banyak rizki dan kebaikan
Taĥsiin = perbaikan
Tamiim = yang memiliki penciptaan sempurna
Taqiy = yang bertaqwa
Taufiiq = keberhasilan
Tauĥiid = mengesakan Allah
Thaahir = suci, mulia
Thaalib = yang mencari, murid
Thaariq = bintang pagi, baru
Thariif = ajaib, jarang yang sama
Thayyib = baik, enak, wangi
Tsaabit = kokoh
Tsaamir = yang berbuah
Tsaaqib = cerdas
Tsamiin = mahal
Tsaqiif = sangat pandai
Usaamah = singa
Waduud = penuh kasih sayang
Wahiib = yang dianugerahi
Waĥiid = satu-satunya
Waliid = bayi, anak kecil
Waliy = penolong
Yaafi’ = terhormat
Yaasir = mudah
Yassar = banyak kemudahan
Yaziid = pertumbuhan
Zaahid = tidak mencintai keduniaan
Zaahir = bercahaya
Zaahiy = wajah yang elok
Zahraan = berkilau
Zaid = tambahan banyak
Zakiyy = suci, bersih
Zhaafir = yang menang
Zhaahir = nyata
Zhafar = kemenangan
Zhahiir = penolong
Zhariif = cerdik
Zuhair = wajah yang berseri-seri
Nami Bayi Islam Muslim Perempuan (Wanita) beserta arti atau maknanya:
‘Aabidah = taat
‘Aa-idah = anugerah
‘Aakifah = yang menetap
‘Aamirah = melimpah
‘Aarifah = yang mengetahui
‘Aasilah = yang berbuat baik
‘Aathifah = rasa kasih sayang
‘Aatikah = jernih, mulia
‘Adzbah = sedap
‘Afiifah = yang mensucikan dirinya
‘Afraa- = tanah putih
‘Aliyyah = tinggi
‘Alyaa- = tempat yang tinggi
‘Aqiilah = terhormat
‘Atiiqah = wanita cantik
‘Aziizah = mulia, kuat
‘Inaayah = pertolongan, perhatian
‘Ulaa = tinggi
‘Ulayyaa = langit
Aaminah = berwibawa, dapat dipercaya
Aanisah = gadis yang baik jiwanya
Aasiyah = ahli dalam pengobatan
Afnaan = dahan
Alfiyah = memiliki sifat ribuan
Amiinah = dapat dipercaya
Amiirah = pemimpin
Aniisah = lemah lembut
Ariiĥ = bau yang sedap
Ariij = bau yang sedap
Arwaa = pemandangan yang menawan
Asmaa- = nama-nama
Atsiilah = memiliki keturunan baik
Baahirah = cahaya terang benderang
Badriyah = seperti bulan purnama
Bahiirah = wanita yang terhormat
Balqiis = ratu negeri Saba-
Daanah = batu mulia
Daaniyah = dekat
Daumah = kelangsungan
Dhifaaf = pinggiran sungai Dhamrah = bekulit halus
Dhaafiyah = hidup mewah
Diimah = hujan gerimis yang terus menerus
Diinah = taat
Faadiyah = yang terlindung
Faa-idah = manfaat
Faa-izah = yang beruntung
Faakihah = buah
Faatiĥah = permulaan
Fairuuz = batu permata berwarna biru kehijauan
Faraĥ = kegembiraan
Farĥah = yang menggembirakan
Fariidah = mutiara yang tiada bandingnya
Fathiinah = cerdas
Fatĥiyyah = memiliki sifat kemenangan
Fauziyyah = beruntung
Fikriyyah = mengandung unsur pikiran
Fullah = nama bunga putih yang harum
Ghaadah = wanita yang lembut
Ghaaziyah = pejuang
Ghaitsaa- = awan yang menurunkan hujan
Ĥaafizhah = pemelihara
Haajar = istri nabi Ibraahiim a.s
Haalah = bias cahaya di sekitar bulan
Ĥaamidah = yang memuji, bersyukur
Ĥaaniyah = lemah lembut
Haaniyah = gembira
Ĥaazimah = yang memiliki keteguhan hati
Ĥabiibah = kekasih
Haifaa- = ramping
Ĥaliimah = penyabar
Ĥamdah = pujian
Ĥamiidah = yang terpuji
Hanaa- = kegembiraan
Ĥasanah = kebaikan
Ĥasnaa = cantik
Ĥauraa = wanita berkulit putih bermata hitam
Ĥawwaa = wanita pertama yang diciptakan Allah
Hayaa = bagus lahiriahnya
Ĥulwah = mata dan mulut yang indah
Ĥumnah = kemudahan
Ĥusnaa = kesudahan yang menyenangkan, kelembutan
Ĥuuriyah = bidadari
Huwaidah = kehalusan
Iinaas = baik hati
Izdihaar = kesuksesan
Jaa-izah = hadiah
Jaidaa- = leher yang jenjang
Jaliilah = mulia
Jamiilah = cantik
Jauharah = mutiara
Jauzaa- = bintang
Jiilaan = pilihan terbaik
Jinaan = taman-taman
Jumaanah = butir mutiara berukuran besar
Kaltsum = wajah cantik
Kamiilah = yang sempurna
Khaalidah = abadi
Khaatimah = kesudahan
Khairiyah = yang memiliki sifat baik
Khamiilah = beludru
Khansaa- = yang memiliki hidung mancung, wanita baik
Khaulah = rusa betina
Khaznah = harta yang disimpan
Kifaayah = kecukupan
La-aalii = banyak mutiara
Labiibah = cerdas
Lahfah = kerinduan
Lailaa = malam gelap
Lainah = pohon kecil
Lajain = perak
Lamis = lembut sentuhannya
Lubaabah = pilihan
Lubnaa = jenis pohon yang berair seperti madu
Lu-lu-ah = mutiara
Maa-isah = perawakan yang serasi
Maajidah = mulia, agung
Maariyah = wajah berseri seri
Maasah = batu permata yang mahal
Maaziyah = awan yang membawa hujan
Madiiĥah = terpuji
Maisuun = bagus, tenang
Maliiĥah = cantik
Marjaanah = biji mutiara, batu merah
Maryam = tinggi (bahasa Suryani)
Masarah = kegembiraan
Mawaddah = kasih sayang
Miskah = minyak wangi
Mufiidah = yang bermanfaat
Muhjah = yang terbagus dan indah
Munaa = harapan
Muniifah = tinggi, serasi
Muniirah = bercahaya
Muraadah = yang dicintai
Naadirah = jarang ada
Naadiyah = para pendukung, penyeru
Naa-ilah = karunia
Nabiilah = terhormat
Nafiisah = berharga, diminati
Nahdah = tinggi, mulia
Nahlah = tegukan minum yang pertama
Najdah = keberanian
Najiibah = utama
Najlaa- = bermata hitam nan indah
Najwaa = bisikan, rahasia
Nasmah = semilir angin
Naziihah = terhindar dari hal-hal buruk
Nu’maa = hidup enak
Nuhaa = pikiran
Nuz-hah = tempat yang jauh
Qadriyyah = yang selalu bisa
Qamraa- = cahaya rembulan
Qasiimah = wajah cantik
Raabiĥah = yang beruntung
Raadhiyah = yang rela
Raajiĥah = yang utama
Raajiyah = yang mengharapkan
Raaniyah = yang terpukau
Raaqiyah = tinggi
Raasiyah = tegar
Rabwah = tanah mendaki
Radhiyyah = pandai
Radhwaa = keridhaan
Rafii’ah = tinggi
Rafiidah = yang diberi pertolongan
Rafiiqah = pendamping
Raĥiil = yang berjalan, nama ibu nabi Yuusuf a.s
Raĥiiq = minyak wangi
Raidah = angin semilir
Raiĥanah = berjiwa baik
Rajiyyah = yang diharapkan
Rajwaa = permohonan
Ranaa = indah, enak dilihat
Rasmiyyah = sesuai tatanan
Raudhah = taman yang rindang
Rifqah = perkumpulan, nama istri nabi Isĥaaq a.s
Riqqah = kelembutan
Sa’diyyah = bersifat senang
Saahirah = rembulan
Saajidah = yang bersujud
Saalimah = terhindar dari bahaya
Saamiyah = terhormat
Saarah = nyonya, nama istri nabi Ibraahiim a.s
Saatirah = istri yang menutup aib suaminya
Sajaa = tenang
Salmaa = selamat, sehat
Salsabil = nama mata air di surga
Salwaa = madu
Saudah = harta melimpah
Sausan = naman bunga yang harum
Sayyidah = nyonya
Shadaa = kumandang
Shabiyyah = gadis cilik
Shibaa = kerinduan, kemudahan
Shafiyyah = jernih, murni Shaafiyah = jernih
Su’daa = berbahagia
Suhaa = bintang kecil yang berkelap kelip
Sulaafah = anggur yang berair sebelum diperas
Sumayyah = berkedudukan tinggi
Suniyyah = berkedudukan tinggi
Syafiiqah = yang bersimpati, lemah lembut
Syahlaa- = bermata kebiru-biruan
Syammaa- = yang berhidung mancung
Syariifah = terhormat
Tabriiz = lebih unggul
Taimaa- = padang sahara
Tamiimah = perlindungan, penciptaan yang sempurna
Taqiyyah = yang bertakwa
Thaahirah = suci, mulia
Thallah = cantik, harum
Thariifah = jarang ada
Tsamarah = buah
Tsurayaa = bintang, kumpulan planet
Tuĥfah = yang sangat berharga
Ulfah = keramahtamahan
Wardah = bunga, mawar
Wasiimah = berwajah cantik
Widaad = kasih sayang
Yaafi’ah = tinggi, muda
Yaaquutah = batu permata warna warni
Yamaamah= burung dara
Yamnah = sebelah kanan
Yumnaa = diberkahi, sebelah kanan
Zaahidah = wanita yang zuhud
Zaahirah = berkilauan
Zaahiyah = indah, berseri
Zaakiyah = baik, tumbuh
Zahraa- = berseri, bercahaya
Zahrah = bunga
Zakiyyah = baik, terpuji
Zarqaa- = langit biru, jernih
Zhaafirah = beruntung
Zhariifah = wajah yang indah
Zubaidah = inti, yang terbaik
Zuhrah = keindahan
Sebagai orang tua bijak, tentunya anda ingin memberikan nama bayi islami yang terbaik bagi buah hati Anda. Semoga saja kumpulan nama bayi Islam untuk laki-laki dan perempuan beserta makna dan artinya ini bermanfaat bagi Anda. Kami do’akan semoga Anda dan keluarga Anda senantiasa sehat selalu, dan dalam lindungan Allah swt. serta bahagia dunia dan akhirat, aamiin..